Dalam rangka membersiapkan calon tenaga kerja penyandang tunanetra untuk memasuki pasar kerja di arus utama, salah satu yang telah Pertuni lakukan adalah menyelenggarakan pre-employment soft skill training untuk mahasiswa tunanetra dan tunanetra yang baru saja menyelesaikan pendidikan tinggi. Seperti apa program yang telah konsisten dilaksanakan oleh Pertuni sejak 7 tahun lalu ini? Yuk simak ulasannya!
1. Konsisten Diselenggarakan sejak 2015
Pertuni mulai menyelenggarakan Program pre-employment soft skill training sejak 2015. Pertama kali, kegiatan ini diselenggarakan di 2 kota, yaitu Jakarta dan Yogyakarta. Kemudian secara berturut-turut, pre-employment soft skill training diadakan di Bandung (2016), malang dan Surabaya (2017), serta Makassar dan Denpasar pada 2019. Dalam periode tersebut, seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan secara tatap muka. Namun, saat pandemi Covid -19 merebak, Pertuni pun beradaptasi dengan menyelenggarakan pelatihan secara virtual pada Januari 2022.
setelah kondisi pandemi mulai terkendali, Pertuni memutuskan kembali mennyelenggarakan pre–Employment Soft Skill training secara tatap muka, yaitu pada 28-31 maret 2022. Bertempat di hotel Harris, Tebet, Jakarta selatan, pelatihan diikuti oleh peserta dalam jumlah terbatas dengan menetapkan protokol kesehatan yang ketat.
2. Bertujuan Mempersiapkan Generasi Muda Tunanetra Memasuki Pasar Kerja Inklusif
Untuk membangun pasar kerja inklusif, diperlukan intervensi di dua sisi. Pertama, intervensi untuk membangun lingkungan kerja yang memungkinkan semua orang, termasuk penyandang tunanetra, berpartisipasi penuh. Mulai dari proses perekrutan, penempatan, hingga pengembangan karier. Kedua, intervensi untuk menyiapkan calon tenaga kerja penyandang tunanetra agar memiliki keterampilan, baik hard skill maupun soft skill.
Pre-Employment Soft Skill Training adalah salah satu langkah untuk membekali generasi muda tunanetra dengan soft skill yang diperlukan sebelum mereka memasuki pasar kerja inklusif. Oleh karenanya, target peserta dari program pelatihan ini merupakan para mahasiswa tunanetra atau tunanetra yang baru saja menyelesaikan studinya.
3. Dibimbing oleh Para Trainer yang Berkompeten, termasuk Seorang Trainer Penyandang Low Vision
Dalam melaksanakan pre-employment soft skill training, Pertuni bekerja sama dengan Universitas Yarsi. Kerja sama tersebut terjalin karena peran penting dari Alabanyo Brebahama yang merupakan dosen Fakultas Psikologi Universitas Yarsi sekaligus salah satu trainer pre-employment soft skill training. Sosok Alabanyo sejatinya cukup dekat dengan Pertuni karena ia juga seorang penyandang low vision.
Selain Alabanyo, pre-employment soft skill training juga menghadirkan beberapa dosen psikologi lainnya dari Universitas Yarsi. tentunya trainer-trainer tersebut merupakan para ahli yang berpengalaman di bidang persiapan memasuki dunia kerja dan membangun soft skill. Tak hanya itu, pelatihan ini juga melibatkan beberapa mahasiswa psikologi yang berperan sebagai fasilitator untuk membantu aktivitas para peserta tunanetra selama kegiatan berlangsung.
Baca juga: Inspiratif! 4 Profesi Ini Terbukti Bisa Dijalani Tunanetra, Lho!
4. Materi Pelatihan Yang Up to Date dan Komprehensif
Dalam setiap penyelenggaraannya, materi pre-employment soft skill training selalu disesuaikan dengan perkembangan dunia kerja. tidak hanya terkait dengan membangun soft skill pada diri generasi muda tunanetra, tapi juga memberikan informasi tentang dunia kerja dan potensi peluang karir di industri digital yang berkembang dewasa ini. Beberapa materi pelatihan yang diberikan antara lain, memahami perbedaan job, career, dan passion; serta mengetahui pentingnya knowledge, skill, and attitude (KSA) dalam membangun karir.
Di samping itu, peserta juga dilatih untuk memahami diri sendiri (knowing yourself) dengan mengetahui strength and weakness untuk kemudian mencari peluang karir yang sesuai minat dan dapat dicapai. Hal ini dirangkum dalam materi yang disebut dengan Smart Goal Setting dan dirumuskan dalam rencana aksi (action plan). Sebagai pendukung persiapan memasuki dunia kerja, peserta juga diberikan materi membangun soft skill tentang time management; komunikasi verbal dan non verbal; pembuatan CV dan aplikasi kerja; serta mengikuti simulasi wawancara kerja.
Baca juga: Siap-siap Masuki Dunia Kerja, Tunanetra Perlu Bangun 3 Soft Skill Ini
5. Metode Pelatihan Yang Seru, Interaktif, dan Aksesibel Bagi Tunanetra
Kegiatan pre-employment soft skill training dirancang dengan metode yang seru, interaktif, dan tentunya aksesibel bagi tunanetra. beberapa materi pelatihan disampaikan dengan metode presentasi dari para trainer. Kemudian para peserta akan mengerjakan tugas pelatihan secara mandiri atau diskusi berkelompok. Selain disampaikan dengan cara presentasi, metode pelatihan juga dibuat dalam bentuk simulasi dan games seru. Permainan ini dirancang agar para peserta lebih interaktif dan mudah memahami materi pelatihan. Untuk membangun sikap asertif, pelatihan ini juga menggelar kegiatan debat kelompok dengan topik-topik bahasan yang seru.
Itu dia sedikit ulasan tentang kegiatan pre-employment soft skill training yang konsisten diselenggarakan Pertuni sejak 2015. Pertuni berharap dengan adanya kegiatan tersebut, para generasi muda tunanetra tak hanya berprestasi di kampus, tapi juga dapat menjadi SDM yang unggul, berkualitas, serta kompetitif saat memasuki dunia kerja. nah, apakah kamu tertarik mengikuti pre-employment soft skill training? Atau Kawan Pertuni ingin merekomendasikan generasi muda tunanetra di daerahmu? Untuk update penyelenggaraan kegiatan ini, Kawan Pertuni dapat menghubungi Latif Raiz, Staf pelaksana DPP Pertuni di 081281915686. Generasi muda tunanetra, ayo persiapkan dirimu memasuki dunia kerja inklusif!
*Latif raiz
Editor: Juwita Maulida