– Darurat Corona, Darurat Hidup Tunanetra Tidak Mampu

tunanetra sedang melakukan parade tongkat putih

Sejak COVID 19 dinyatakan masuk Indonesia, Jakarta menjadi propinsi dengan korban terbanyak. Dan sejak itu pula, Pemerintah   mendorong masyarakat menerapkan “social  distancing” untuk menghambat dan menghentikan laju penyebaran COVID 19.

 

Namun, sadarkah kita bahwa social distancing ini telah memberikan dampak serius pada penghidupan masyarakat dengan ekonomi lemah, yang mengandalkan hidup pada penghasilan harian mereka?

 

Di antara kelompok yang penghidupannya langsung terdampak oleh “social distancing” adalah penyandang tunanetra yang berprofesi sebagai “pemijat”, profesi yang dijalani oleh kurang lebih 70 % dari tunanetra dewasa di Indonesia – menurut data Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni).

Sebagai penyedia jasa pijat, mereka harus berinteraksi langsung dengan pengguna jasa; Jika profesi atau pekerjaan lain dapat dilakukan secara jarak jauh,   tidak untuk penyedia jasa pijat.

Anjuran melakukan “social distancing” membuat masyarakat untuk sementara waktu tidak menggunakan jasa mereka; Dan sudah barang tentu para tunanetra yang berprofesi sebagai pemijat kehilangan penghasilan harian yang menjadi penopang hidup mereka.

 

Perlu ada dukungan khusus untuk kelompok rentan ini, misalnya dalam bentuk bantuan langsung tunai untuk menggantikan penghasilan mereka yang sementara ini hilang akibat diterapkannya “social distancing”.

Di Jakarta sajaPertuni memperkirakan ada sekurang-kurangnya 500 orang tunanetra yang berprofesi sebagai pemijat, yang termasuk keluarga tidak mampu. Jika satu orang pemijat menanggung empat orang keluarga inti  – termasuk dirinya sendiri,  dan untuk membiayai kebutuhan dasar dalam satu hari mereka membutuhkan dana Rp 100,000, dapat kita hitung berapa jumlah bantuan langsung tunai yang perlu disediakan untuk menopang hidup 500 tunanetra tidak mampu yang berprofesi sebagai pemijat dalam satu bulan.

Perlu ada solusi untuk mereka; Jadi, Ayo, kita bantu mereka.

 

 

 

Bagikan ke yang lain

About Author

Leave Comment

Back to top