– I Made Wikan Dana: Raih Segudang Pengalaman Lewat WBUAP leadership training

Foto I made Wikan Dana
Foto I Made Wikan Dana

Perjalanan ke Bangkok, Thailand dalam rangka World Blind Union- Asia Pacific (WBU-AP) leadership training pada 10-15 Desember 2017 lalu, tentu menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya. selain menjadi kesempatan pertama berpergian ke luar negeri, kunjungan ke negeri berjuluk gajah putih tersebut memberikan segudang pengalaman, pengetahuan serta motivasi baru dalam diri saya sebagai salah satu tunanetra yang bermukim di kawasan Asia-Pasifik.

Pelatihan yang berlangsung selama 5 hari ini mengenalkan saya akan instrumen-instrumen krusial yang terdapat dalam organisasi PBB, meliputi penerapan SDGs (Sustainable Development Golds), CRPD (convention of the right of person with disability), hingga Marrakesh Treaty.

Meskipun sebelum menjalani pelatihan ini saya telah sempat mendengar secara umum menyangkut eksistensi ketiga instrumen tersebut dalam tubuh PBB, ketidaktahuan tergambar jelas pada diri saya ketika mengikuti seluruh rangkaian acara. Pemaparan materi dari speaker menyangkut SDGs, CRPD dan Marrakesh Treaty menyadarkan saya seberapa vitalnya ketiga hal ini dalam melindungi serta memajukan kehidupan penyandang disabilitas di seluruh dunia, dan juga, bagaimana peranan kita sebagai anggota organisasi disabilitas untuk senantiasa menjaga pengimplementasian ketiga hal tersebut di negara masing-masing.

Hal menarik lainnya yang saya jumpai dalam pelatihan ini adalah mengenai diversitas yang terdapat dalam tiap peserta. Mulai dari Laos, Myanmar, kamboja, China dan negara Asia-Pasifik lainnya, menjadikan pelatihan ini momentum bagi saya untuk melebarkan networking, serta menggali informasi sebanyak-banyaknya menyangkut kehidupan secara general dan perkembangan isu disabilitas di negara mereka masing-masing. Dalam kesempatan ini juga, saya menambah banyak teman baru, dari negara yang berbeda, dan dengan kultur yang berbeda pula. Selain itu kesempatan untuk bertemu tunanetra yang telah sukses dalam karirnya, seperti Monthien Boontan, salah seorang senator tunanetra di Thailand, Jose Viera, Human Rights policy advisor di WBU, Bill Jolley, mantan ketua Blind Citizon Australia, Michiko Tabata, ketua WBU Asia-Pacific, dan tunanetra-tunanetra inspiratif lainnya, tentu merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya, karena dengan bercengkrama dan mendengarkan pencapaian mereka sebagai tunanetra telah mampu menanamkan konsep baru sebagai tunanetra kepada saya.

Tak luput juga, saya beserta peserta lainnya mendapatkan pengetahuan yang tak ternilai menyangkut bagaimana menjalankan organisasi disabilitas secara baik dan tertata. hal ini melingkupi pemahaman akan mekanisme fundraising dalam organisasi, Financial management, advocacy, blind movement serta pengetahuan lainnya mengenai struktur dasar sebuah organisasi.

Tak hanya mendapatkan materi di dalam ruangan, seluruh peserta juga mendapatkan pengalaman mengunjungi Thailand School for the Blind dan Thailand Asociation for the Blind, yang saya manfaatkan seoptimal mungkin untuk menggali pengetahuan lebih banyak mengenai struktur dan tindakan yang dilakukan Thailand dalam mengelola sebuah organisasi disabilitas tunanetra.

Secara keseluruhan, pelatihan selama 5 hari di Bangkok ini telah memotivasi saya sebagai tunanetra, mahasiswa, dan juga bagian dari sebuah organisasi disabilitas di kawasan Asia-Pasifik, untuk menjaga dan memajukan kepentingan-kepentingan kaum disabilitas, khususnya tunanetra, sehingga nantinya instrumen seperti SDGs, CRPD dan Marrakesh Treaty dapat terimplementasi secara penuh, serta eksistensi dari organisasi disabilitas dapat terus memonitorisasi penyelenggaraan kebijakan tersebut di setiap negara di dalam kawasan maupun dunia.

I Made Wikan Dana
Mahasiswa Semester III Jurusan Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

Bagikan ke yang lain

About Author

Leave Comment

Back to top