– Keterlibatan Tunanetra Indonesia dalam World Blindness Summit (WBS) 2021

Logo World Blind Summit 2021

Pada akhir bulan Juni lalu, tepatnya tanggal 28 hingga 30,  telah berlangsung sebuah event global yang dilaksanakan secara daring,   World Blindness Summit (WBS).  Ini adalah untuk pertama kalinya. Ada kurang lebih 4000 orang hadir dari seluruh penjuru bumi,  terdiri dari para tunanetra dan mereka yang bekerja untuk tunanetra serta pemerhati tunanetra. Pertemuan diorganisir oleh ONCE, persatuan tunanetra Spanyol yang berpusat di Madrid. Tepat pukul 10 waktu Madrid, Ratu Letizia hadir dan membuka joint event yang diprakarsai oleh World Blind Union (WBU) dan International Council of Education for People with Visual Impairment (ICEVI).

Pada acara pembukaan yang dilaksanakan secara hybrid, yaitu kombinasi antara daring dan tatap muka dengan protokol kesehatan   ketat,  ditampilkan pelbagai kesenian khas spanyol, sebagian di anaranya dimainkan oleh anak-anak dengan disabilitas.

Sepanjang WBS, disajikan pelbagai webinar dengan topik-topik yang sangat beragam, yang terkait dengan kehidupan para penyandang tunanetra di semua aspek. Di antaranya pendidikan, pekerjaan, teknologi, adaptasi kurikulum, aksessibilitas di tempat umum, audio deskription, dan sebagainya. Yang tidak ketinggalan, juga topik-topik terkait   pendidikan dan tumbuh kembang anak-anak tunanetra yang memiliki disabilitas tambahan lain. Isu pendidikan anak-anak tunanetra dengan disabilitas tambahan lain hingga kini memang harus terus digaungkan, agar kelompok anak-anak ini juga dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih maksimal, sehingga dapat mencapai kemandirian terbaik sesuai kondisi disabilitas   yang disandang.

Pada tanggal 29 pukul 12 waktu Madrid, dilaksanakan pula peluncuran buku publikasi The Nippon Foundation. Selama kurun waktu lebih dari   30 tahun, lembaga donor asal Jepang ini telah memberikan dukungan pada pemberdayaan tunanetra di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Pada tahun 2019, The Nippon Foundation membentuk tim   yang diminta   menuliskan keberhasilan yang telah diraih oleh negara-negara di mana bantuan dan dukungan diberikan. Indonesia menjadi salah satu kontributor penting dari buku tersebut. Informasi tersaji baik dalam tulisan maupun video.   Saat ini, buku kisah sukses tersebut sedang dalam proses dibuat dalam format yang aksessibel untuk tunanetra.

Beberapa hari sebelum dimulainya WBS, tepatnya pada tanggal 25 Juni, ada forum khusus untuk pemuda tunanetra (Youth Forum). Saat ini peran pemuda tunanetra terus diangkat dan didorong, karena peran generasi penerus ini memiliki arti yang sangat penting. Apa yang telah diperjuangkan generasi pendahulu harus dilanjutkan oleh generasi penerus, sehingga perjuangan dapat terus berkesinambungan.

WBS dilaksanakan dalam  dua bahasa, yaitu Inggris dan Spanyol. Untuk itu, ONCE pun menyediakan penerjemah yang dapat peserta pilih pada menu aplikasi zoom yang digunakan sepanjang pelaksanaan WBS. Pada acara pembukaan dan penutupan yang juga mengundang ragam disabilitas lain dari Spanyol, ONCE pun menyediakan penerjemah bahasa isyarat untuk tamu-tamu yang menyandang tunarungu.

Tentang WBU dan ICEVI.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa kita, para penyandang tunanetra ini memiliki organisasi yang menyatukan tunanetra di seluruh dunia; World Blind Union (WBU), itulah nama organisasi tersebut;   Dan Pertuni, adalah delegasi resmi yang mewakili Indonesia di WBU. Dalam struktur keorganisasian WBU, Indonesia masuk regional Asia Pasifik, dan sub regional Asia Tenggara.

Di samping itu, ada pula jaringan berskala global yang sejak tahun 1960-an secara aktif  memperjuangkan akses tunanetra ke pendidikan berkualitas. Nama organisasi tersebut adalah International Council  Of  Education  For People With Visual Impairment, atau disingkat ICEVI. Pertuni juga menjadi bagian dari ICEVI; Keaktifan tersebut bermula dari dipilihnya Indonesia menjadi negara pertama untuk uji coba program akselerasi akses tunanetra ke pendidikan tinggi, dan Pertuni diminta oleh ICEVI menjadi organisasi yang mengkoordinatori kegiatan tersebut. Dalam struktur organisasi ICEVI, Indonesia merupakan bagian dari wilayah Asia Timur.

Dua organisasi ini, baik ICEVI maupun WBU, adalah partner kerja yang sangat harmonis; Keduanya saling mendukung perjuangan masing-masing. Keharmonisan hubungan tersebut antara lain diwujudkan dalam sebuah komitmen   untuk mengadakan “joint event” atau event bersama, yang bertepatan dengan pelaksanaan pertemuan empat-tahunan mereka (general assembly).

Dimulai pada tahun 2012 di Bangkok; Kemudian pada tahun 2016 di Orlando Amerika Serikat; Dan tahun 2020 joint event direncanakan diselenggarakan di Madrid Spanyol. Namun, karena adanya pandemi COVID 19, joint event Madrid diputuskan untuk diundur pada pertengahan 2021. Setelah menempuh situasi pandemi yang ternyata diperkirakan tidak akan selesai dalam waktu dekat, akhirnya pada Desember 2020 WBU dan ICEVI memutuskan untuk mengadakan joint event secara daring, dan diberi nama “World Blindness Summit”.

Di sela-sela WBS, baik WBU maupun ICEVI juga menyelenggarakan pertemuan khusus empat-tahunan yang hanya dihadiri oleh delegasi resmi mereka, termasuk Pertuni. Pada forum general assembly ini, baik WBU maupun ICEVI melakukan pemilihan presiden. Mengingat event kali ini dilaksanakan secara daring, pemilihan presiden dan pengurus lengkap kedua organisasi ini dilaksanakan sebelum WBS dimulai. Untuk periode empat tahun ke depan, WBU dipimpin oleh seorang perempuan tunanetra asal Selandia Baru Martine Abel Williomson. Martine terpilih menggantikan Frederic Schroeder ,  asal Amerika yang terpilih di Orlando pada 2016. Sedangkan ICEVI kembali dipimpin oleh Frances Gentle asal Australia.

Di tingkat regional, WBU Asia Pasifik  kali ini dipimpin oleh seorang tunanetra asal Cina daratan, Peeter Li, yang menggantikan Michiko Tabata asal jepang, Presiden WBU Asia Pasifik selama dua periode 2012 – 2021. Sedangkan   ICEVI Asia Timur, Aria Indrawati, Ketua Umum Pertuni kembali dipercaya memimpin wilayah ini. Sebuah penghargaan untuk Pertuni tentunya.

Kehadiran Peserta Dari Indonesia.

Sejak diputuskan bahwa WBS akan dilaksanakan secara daring, The Nippon Foundation     telah memutuskan membantu sebanyak mungkin generasi muda tunanetra asal Asia Tenggara plus Mongolia   hadir di event global para tunanetra yang baru pertama kali diselenggarakan. Bantuan berupa subsidi paket internet, yang penyalurannya dilakukan melalui organisasi partner   ICEVI; Untuk Indonesia adalah Pertuni.

DPP Pertuni pun memberikan informasi tentang kesempatan emas ini kepada generasi muda tunanetra, khususnya mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi.  Undangan untuk mendaftar ke DPP pun digaungkan. Hasilnya, ada 100 orang mendaftar. Pada saat pendaftaran WBS dibuka, staf pelaksana DPP pertuni pun mendorong nama-nama yang telah mendaftarkan diri ke Pertuni untuk melakukan pendaftaran sebagai peserta WBS. Dari 100 nama yang ada, tercatat 76 benar-benar mendaftar sebagai peserta WBS. Namun sayang, dari 76 nama yang mendaftar, hanya 25 orang yang menyampaikan laporan ke DPP Pertuni.

DPP berharap adanya event  global secara daring ini dapat menjadi motivasi untuk generasi muda tunanetra agar meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, sehingga dapat berpartisipasi pada kegiatan berskala internasional. Di era global seperti  saat ini, kehadiran Indonesia pada percaturan dunia internasional akan berdampak pada percepatan pembangunan di negara kita. Ada banyak kemajuan yang dirasakan tunanetra Indonesia, yang merupakan dampak dari peran Pertuni di percaturan gerakan disabilitas baik di tingkat global maupun regional. Dan salah satu hikmah pandemi adalah kita, penduduk bumi, mulai terbiasa dengan pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan secara daring. Secara biaya sangat efisien, dan secara jumlah dapat mengakomodir lebih banyak peserta.

Bagikan ke yang lain

About Author

Leave Comment

Back to top