Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) bekerjasama dengan Universitas YARSI melaksanakan sebuah pelatihan bagi mahasiswa tunanetra bertajuk “Pre-Employment soft Skill Training”. Kegiatan akan dilaksanakan tanggal 6-9 Maret 2017 di “guest house Universitas Brawijaya Malang. Bertindak sebagai trainer, yaitu Alabanyo Brebahama, seorang pennyandang tunanetra low vision yang merupakan dosen di Fakultas Psikologi Universitas YARSI, Jakarta.
Sejak tahun 2006 hingga kini, Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) secara konsisten terus mengkampanyekan akses tunanetra ke pendidikan tinggi. Hal ini secara bertahap telah meningkatkan jumlah tunanetra menempuh pendidikan tinggi, dan meningkatkan jumlah perguruan tinggi yang menerima mahasiswa tunanetra, khususnya di kota-kota di mana Pertuni melaksanakan kegiatan kampanye akses tunanetra ke perguruan tinggi. Meski demikian, masih ada banyak tantangan yang dihadapi seorang tunanetra setelah lulus perguruan tinggi dan memasuki fase bekerja. Di samping masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa tunanetra dapat bekerja menggunakan computer, juga, tantangan yang ada pada diri tunanetra sendiri (internal challenges).
“Tunanetra masih kurang memahami bagaimana mencari dan menemukan peluang berkarya di masyarakat, baik di sektor formal maupun non formal,” ujar Aria Indrawati, Ketua Umum DPP Pertuni yang juga merupakan konselor bimbingan karier untuk tunanetra. Menurut Aria, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan soft skill mereka baik kemampuan “intra personal” maupun kemampuan “inter personal”. Pengetahuan dan ketrampilan intra personil, meliputi pemahaman terhadap kecenderungan, kekuatan dan kelemahan diri sendiri, pengetahuan untuk memilih bidang Karir yang sesuai dengan kekuatan yang dimiliki, hingga Kemampuan menetapkan tujuan dan menyusun rencana aksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan pengettahuan dan ketrampilan inter personil, antara lain Komunikasi verbal dan non verbal, Asertivitas, dan Kemampuan menyiapkan diri mengikuti seleksi mendapatkan pekerjaan.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, sejak tahun 2015 lalu, DPP Pertuni berupaya melakukan intervensi, dengan menyelenggarakan “pre employment soft skill training” untuk mahasiswa tunanetra di Indonesia. Pelatihan ini menyasar kurang lebih 100 tunanetra di Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya dan Malang. Untuk pelatihan di Malang, kegiatan akan diikuti oleh 20 orang mahasiswa tunanetra dari berbagai bidang studi yang telah lolos seleksi dari DPP Pertuni.
Metode pelatihan yang digunakan beragam. Mulai dari belajar mandiri, presentasi dari trainer hingga diskusi kelompok. Selain itu, beberapa materi juga disampaikan dalam bentuk simulasi dan permainan. Misalnya, untuk mempratikkan asertifitas, dilakukan permainan dalam bentuk “debat” tentang topik-topik menarik; Untuk memahami bagaimana situasi wawancara kerja, dilakukan “simulasi wawancara”, dan lain-lain.
Dengan diselenggarakannya pelatihan pre employment soft skill ini diharapkan, peserta memahami pentingnya memiliki ketrampilan intra personal dan inter personal, sebagai bekal untuk menyiapkan diri bekerja, menuju kemandirian sebagai sumber daya manusia. Selanjutnya, diharapkan pula peserta memiliki kemampuan memilih apakah akan berkarier di bidang pekerjaan sektor formal atau berwirausaha. “Selain itu, dengan pelatihan ini para tunanetra dibekali agar kelak dapat lebih siap mengikuti pelatihan-pelatihan inter personal yang lebih detail, terutama komunikasi, orientasi kerja, dan magang kerja,” jelas Aria.*