Berdasarkan hasil seleksi nasional Onkyo Braille 2016, terdapat 5 Karangan terbaik yang lolos ke seleksi tingkat Asia Pasifik. Salah satunya, yaitu hasil karya Laurensia Jihan Liberti dari Bandung.
Pentingnya Kreativitas Menggunakan Braille dalam Kehidupanku
Huruf, kata itu sangat sering kudengar, namun aku belum pernah mengerti maknanya hingga usiaku menginjak remaja. Aku hanya mampu membayangkan huruf tanpa tahu bentuknya, karena huruf itu sesuatu yang tidak dapat diraba. Huruf hanya dapat dilihat oleh mata, sementara aku tidak dapat melihat.
Bertahun-tahun lamanya aku memikirkan hal itu, tiba-tiba giliranku untuk mengenal huruf itu pun datang. Di rumahku ada guru pendidikan luar biasa yang melakukan pendataan/penjaringan anak tunanetra yang belum bersekolah. Salah satu target kunjungan mereka adalah aku yang sama sekali belum pernah sekolah karena keterbatasan informasi mengenai tunanetra yang didapatkan oleh orang tuaku. Guru itu memperkenalkan kepadaku banyak hal. Salah satunya adalah alat-alat bantu tunanetra seperti riglet dan pen yang digunakan oleh tunanetra untuk menulis braille.
Setelah sedikit mengenal braille, semakin lama aku semakinn tertarik dengatulisan braille dan ingin mempelajarinya lebih lanjut. Melihat keinginanku yang sangat besar untuk bersekolah akhirnya orang tuaku mengantarkanku ke sekolah luar biasa khusus tunanetra yang telah direkomendasikan oleh guru kunjung yang pernah berkunjung ke rumahku.
Dengan waktu yang singkat aku mempelajari tulisan braille itu dari huruf, angka, tanda baca, not musik dan yang lainnya, hingga aku benar-benar mampu menguasai tulisan braille. Dengan mengenal tulisan braille ini aku banyak mendapatkan manfaatnya. Aku bisa membaca tulisan-tulisan di buku yang mengandung banyak pengetahuan dan ilmu. Aku dapat berhitung dengan menggunakan angka-angka braille. Aku dapat membaca not sebuah lagu. Aku juga dapat menulis dengan menggunakan tulisan braille.
Tulisan braille ini tidak saja aku gunakan untuk menulis di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung saja, tetapi juga aku gunakan untuk menuliskan puisi dan karangan berbentuk narasi. Deskripsi, eksposisi dan lain-lain. Hal itu diketahui oleh salah satu guruku. Karena tak sengaja karangan narasiku tertinggal di dalam kelas. Guru itu membaca karanganku dan berpendapat bahwa karanganku bagus dan layak untuk dilombakan dalam rangka lomba kreatifitas siswa. Lomba tersebut banyak jenisnya. Salah satunya lomba menulis yaitu menulis puisi dan mengarang cerita. Lomba ini diselenggarakan setiap tahun yang bertujuan untuk menggali kreatifitas siswa dalam menulis braille.
Itulah kali pertama karanganku diseleksi bersama karangan-karangan teman-teman satu sekolahku. Dalam kesempatan pertama itu aku memenangkan lomba dan berhak mewakili sekolah untuk dilombakan lagi di tingkat kota.
Dalam perlombaan di kota pun aku memenangkan lomba dan berhak mewakili provinsi untuk dilombakan lagi di tingkat nasional.
Selama kurang lebih satu bulan aku mempersiapkan diri untuk mengikuti perlombaan di tingkat nasional. Guruku selalu melatih dan mengajari aku untuk membuat karangan yang bagus yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Pada tingkat provinsi tema karangan sudah ditentukan oleh panitia. Aku mengambil tema kepedulianku. Dari tema itu aku kembangkan lagi menjadi judul kepedulianku menghasilkan keberhasilan. Karangan itu berbentuk narasi yang berisi tentang anak tunanetra yang dibuang oleh orang tuanya yang tidak menginginkan anak itu dan anak itu diangkat anak oleh seorang yang kaya, hingga anak itu menjadi sukses dan berhasil dalam bidang pendidikan.
Dari hasil penilaian juri yang memeriksa karanganku, maka karanganku dinyatakan layak menjadi pemenang dalam perlombaan tersebut. Aku dan guruku sangat senang. Mendengar hal itu. Aku pun mendapat hadiah dan penghargaan dari panitia, guru, orang tua dan bahkan teman-temanku.
Dari kemenangan itulah kini aku semakin giat untuk mengembangkan potensiku dalam menulis karangan. Karangan-karangan yang aku buat sering juga aku masukkan ke dalam majalah tunanetra. karangan yang kumasukkan berupa puisi, narasi, deskripsi, eksposisi dan lain-lain.
Akibat dari seringnya aku memasukan karanganku ke majalah itu, aku pun diberikan kesempatan bekerja di sana.
Aku bangga menjadi tunanetra, karena meskipun aku tidak melihat namun aku mampu menulis, membaca dan berhitung menggunakan tulisan braille. Dengan tulisan itulah aku bisa mengembangkan potensiku.
Janganlah melupakan tulisan braille, karena braille merupakan satu-satunya tulisan tunanetra. teruskan kreatifitasmu lewat tulisan braille.