Di era digital saat ini, keberhasilan berwirausaha akan dicapai dengan lebih mudah jika kita memanfaatkan teknologi digital untuk mencari informasi yang diperlukan dan mempromosikan barang dan jasa yang kita jual. Mengamati perkembangan tersebut, DPP Pertuni (Persatuan Tunanetra Indonesia) menilai penting pula bagi tunanetra untuk menguasai kemampuan dalam bidang teknologi komputer dan internet guna menunjang kemandirian hidup mereka, termasuk dalam kegiatan wirausaha. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka Pertuni berinisiatif menyelenggarakan Pelatihan Kewirausahaan dengan Memanfaatkan Teknologi Komputer untuk Tunanetra. Pelatihan akan diselenggarakan pada tanggal 3-8 Oktober 2016 di Narmada Convention Hall, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Selama 10 tahun terakhir, Pertuni telah menyelenggarakan serangkaian pelatihan komputer di beberapa kota. Agar dapat menjangkau lebih banyak lagi tunanetra di seluruh Indonesia, maka Pertuni pun berinisiatif untuk terus melanjutkan pelatihan tersebut. Perbedaannya, pelatihan komputer kali ini peserta diberikan materi tentang kewirausahaan, termasuk berwirausaha dengan memanfaatkan media online. Pemanfaatan media online untuk berwirausaha ini akan dapat mengatasi kesulitan dan tantangan yang dihadapi tunanetra dalam melakukan mobilitas secara fisik.
Dengan diselenggarakannya pelatihan kewirausahaan dengan memanfaatkan teknologi computer, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tunanetra pengurus dan anggota Pertuni dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi komputer, termasuk internet dan media sosial. Melalui pelatihan ini para peserta akan dibekali keterampilan untuk merintis dan mengembangkan usaha bersama, sehingga diharapkan dapat membangun dan mengembangkan semangat berwirausaha sebagai pilar penting meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan tunanetra pengurus dan anggota Pertuni. “Dengan demikian, membangun jaringan, negosiasi, promosi, perluasan jaringan termasuk pemasaran, dapat dilakukan dengan memanfaatkan media sosial, seperti email, facebook, instagram, blog, website, dan sebagainya, jelas Tri Bagio, Ketua III DPP Pertuni sekaligus coordinator pelatihan.
Peserta pelatihan berjumlah 21 orang– terdiri dari 15 orang pengurus dan anggota Pertuni Daerah NTB, 3 orang pengurus Pertuni Daerah Bali, dan 3 orang pengurus Pertuni Daerah NTT. Menurut Tri Bagio, dengan dipilihnya peserta dari kalangan pengurus Pertuni, diharapkan alumni pelatihan dapat menjadi leader dan mentor untuk mendesiminasikan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dari pelatihan, dan memiliki inisyatif lebih untuk mengimplementasikannya.
Pelatihan akan berlangsung selama 6 hari. Pada 4 hari pertama, pelatihan akan diisi dengan pendalaman keterampilan computer, kemudian dilanjutkan dengan 2 hari pelatihan kewirausahaan. Pendalaman materi komputer terdiri dari Microsoft Word, akses internet, hingga penggunaan media sosial. Sedangkan pada materi kewirausahaan, peserta akan diberikan pemahaman tentang diversifikasi jenis usaha yang dapat dilakukan tunanetra secara berkelompok, termasuk berkelompok dengan mereka yang tidak tunanetra. Selanjutnya, para tunanetra akan diajarkan bagaimana memanfaatkan media online untuk mempromosikan produk – barang dan jasa yang dijual.
Yang bertindak sebagai Instruktur pelatihan komputer adalah pengurus dan anggota Pertuni. Sedangkan Narasumber pelatihan kewirausahaan diharapkan dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusamba. Agar memudahkan peserta memahami materi, maka pelatihan akan dilakukan dengan beberapa metode, yaitu presentasi teori dari instruktur, diskusi, praktik, serta tugas mandiri dan kelompok.
Menurut estimasi Kementerian Kesehatan RI, angka kebutaan di Indonesia adalah 1,5 % dari jumlah penduduk. Jika penduduk Indonesia saat ini kurang lebih 250 juta, berarti saat ini di Indonesia ada 3,750.000 warga negara penyandang tunanetra, baik buta total maupun lemah penglihatan yang berdomisili di berbagai wilayah di tanah air. Menyadari luasnya wilayah Indonesia, pelatihan kewirausahaan dengan memanfaatkan teknologi komputer akan dipusatkan di beberapa kota di Indonesia, yang diikuti oleh tunanetra pengurus dan anggota Pertuni yang berada di kawasan sekitar kota/propinsi tersebut. Setelah Mataram, kota-kota lain yang akan dipilih untuk penyelenggaraan pelatihan selanjutnya yaitu Semarang, Medan, Banjarmasin, Makassar, dan Jayapura.
Dari waktu ke waktu, Pemerintah hanya mengajarkan tunanetra menjadi pemijat, yang kualitasnya tidak dapat memenuhi permintaan industri jasa pijat di masyarakat. Tidak heran bila tunanetra di Indonesia masih kerap tertinggal dibandingkan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah afirmatif untuk meningkatkan kualitas hidup warga negara penyandang tunanetra. Langkah afirmatif yang dipilih adalah memanfaatkan teknologi komputer. Langkah-langkah afirmatif ini harus Pertuni inisiasi dengan bersinergi bersama berbagai pihak, salah satunya Yayasan Damandiri. “Pertuni percaya, langkah afirmatif ini akan memiliki efek bola salju, yang akan terus menggelinding dan bergulir,” ujar Tri Bagio.*
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
- Ibu Aria Indrawati, Ketua Umum DPP Pertuni di nomor 081219724433.
- Bp. Tri Bagio, Koordinator Pelatihan di nomor 081394881882.