Serang, 25 Agustus 2016
Dewasa ini, interaksi dengan layanan perbankan telah menjadi bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat. Ada banyak kebutuhan sehari-hari yang kini dapat diselesaikan melalui layanan perbankan. Mulai dari pembayaran gaji karyawan, membayar uang kuliah, pembayaran ongkos naik haji, pembelian rumah, kredit usaha, bahkan pembayaran rekening air dan listrik. Sayangnya, hal-hal tersebut belum dapat dinikmati oleh penyandang tunanetra di Indonesia. Bahkan, tak sedikit penyandang tunanetra yang justru mengalami diskriminasi, termasuk, menolak Tunanetra sebagai nasabah.
Atas dasar itu, DPP Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) menyelenggarakan kegiatan dialog bertajuk “layanan bank yang ramah pada tunanetra”. Dialog ini merupakan bagian dari lokakarya tentang pemberdayaan tunanetra, pengurus dan anggota Pertuni se-propinsi Banten. Kegiatan yang diselenggarakan di Hotel Taman Sari, Serang, Banten, Kamis, 25 Agustus 2016 ini diikuti 22 Pengurus daerah dan cabang Pertuni dari seluruh Banten.
Hadir sebagai narasumber yaitu perwakilan dari 4 bank nasional, yakni Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BCA, serta Bank Jabar-Banten (bjb) sebagai perwakilan bank daerah. Selain itu, hadir pula pengurus perbanas propinsi Banten, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut ketua Umum DPP Pertuni Aria Indrawati, diskriminasi terhadap penyandang tuan netra sudah sering terjadi.
Ia membeberkan beberapa kasus yang pernah menimpa kalangan tuna netra. Diantaranya, kasus penolakan Bank BTN terhadap pengajuan KPR oleh tuna netra pada tahun 2005 karena dianggap tak mampu membayar angsuran. Selain itu, ada pula kasus Bank Mandiri cabang lebak Bulus yang yang menolak nasabah tunanetra karena dianggap tidak dapat membuat tandatangan atau tidak dapat membuat tandatangan secara konsisten pada 2011.
“Kami (DPP Pertuni) memandang penting agar perbankan, baik bank pemerintah maupun bank swasta, memahami bagaimana melayani nasabah tunanetra, sehingga kemudian dapat berkomitmen untuk menyelenggarakan layanan perbankan yang ramah tunanetra,” ujar Aria Indrawati. Selain itu, lewat dialog ini, Pertuni juga berharap agar peserta tunanetra yang hadir dapat memahami bagaimana memanfaatkan layanan bank untuk mendukung kehidupan keuangan dan ekonomi mereka.
Pertuni telah merancang serangkaian metodelogi dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Dialog akan diawali dengan presentasi para narasumber tentang layanan perbankan yang ramah pada tunanetra. Selanjutnya, Tim DPP Pertuni juga akan menyampaikan pandangan umum tentang layanan bank yang ramah pada tunanetra. Bukan hanya itu. Untuk memperdalam pemahaman setiap peserta, maka kegiatan ini juga akan dilengkapi dengan sesi simulasi serta diskusi dan tanya jawab.
Bagi Pertuni, salah satu ukuran bahwa tunanetra diperhitungkan dalam kegiatan pembangunan di masyarakat adalah ketika tunanetra dapat memanfaatkan layanan perbankan yang ada. Oleh karena itu, sebagai organisasi kemasyarakatan tunanetra Indonesia, Pertuni mentargetkan tunanetra di seluruh Indonesia yang berjumlah kurang lebih satu setengah persen dari keseluruhan jumlah penduduk, yakni sekitar 3.750.000 dapat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan pembangunan di negeri ini.
===========================================================
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:
- Ibu Mahretta Maha (Pelaksana Harian DPP Pertuni) : 081219935244;
- Bp. Iyehezkiel Parudani (Koordinator workshop dan training) 085353537114;