Official Visit Site ©️Sultanwin Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️cuanwin77 Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Visit Site ©️cuanwin77 Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Sultanwin Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Sultanwin Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Gm777 Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️ Sultanwin Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️ Sultanwin Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️ Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️ Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️ Misterhoki Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Gm777 Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️She777 Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️PK Toto Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Ina777 Slot Gacor Anti Rungkad Terbaru 2024

Official Visit Site ©️Cuanwin77

Official Visit Site ©Cuanwin77 Slot

Official Visit Site ©Cuanwin77

Official Visit Site ©cuanwin77.ikopin.ac.id

Official Visit Site ©Cuanwin77 Slot Thailand Gacor

Official Visit Site ©Cuanwin77 Slot Thailand Gacor

Official Visit Site ©Cuanwin77 Slot Thailand Gacor

Official Visit Site ©Cuanwin77 Slot Thailand Gacor

Official Visit Site ©Cuanwin77 Slot Thailand Gacor

Official Visit Site ©️Cuanwin77

Official Visit Site ©️INDOLOTTERY88

Official Visit Site ©️MPO4D

Official Visit Site ©️OLO4D

Official Visit Site ©️PRAGMATIC88

Official Visit Site ©️DP777

Official Visit Site ©️BP777

Official Visit Site ©️Slot Thailand Gacor Nomor 1 Di Indonesia Terpercaya

Official Visit Site ©️Level123

Official Visit Site ©️55kbet

Official Visit Site ©️Medan777

Official Visit Site ©️76kbet

Official Visit Site ©️56xbet

Official Visit Site ©️Pt777

Official Visit Site ©️75wbet

Official Visit Site ©️777bet

Official Visit Site ©️55bet

Official Visit Site ©️66kbet

Official Visit Site ©️777slot

Official Visit Site ©️777 Gacor

Official Visit Site ©️MT777

Official Visit Site ©️777idr

Official Website © CUANWIN77 Slot Game Daring 2024

Official Website © INA777 Slot Game Daring 2024

Official Website © GM777 Slot Game Daring 2024

Official Website © ST777 Slot Game Daring 2024

Official Website © INDOLOTTERY88 Slot Game Daring 2024

Official Website © LAWU88 Slot Game Daring 2024

Official Website © GACOR4D Slot Game Daring 2024

Official Website © DEWA4D Slot Game Daring 2024

Official Website © INDO4D Slot Game Daring 2024

Official Website © 55KBET Slot Game Daring 2024

Official Website © 75WBET Slot Game Daring 2024

Official Website © PAY4D Slot Game Daring 2024

Official Website © OLO4D Slot Game Daring 2024

Official Website © 777BET Slot Game Daring 2024

Official Website © PRINCESS 1000 Slot Game Daring 2024

Official Website © 777SLOT Slot Game Daring 2024

Official Website © 8278SLOT Slot Game Daring 2024

Official Website © 777WIN Slot Game Daring 2024

Official Website © SLOT303 Slot Game Daring 2024

Official Website © 188BET Slot Game Daring 2024

Official Website © ASIABET88 Slot Game Daring 2024

Stop Jadikan Disabilitas Sebagai Bahan Olok-Olok. – PERTUNI

– Stop Jadikan Disabilitas Sebagai Bahan Olok-Olok.

Logo Tunanetra
Logo Tunanetra

“Orang gilaaaaa…..orang gilaaaaa”. Atau, “menampilkan sosok orang buta yang tidak tahu apa-apa karena salah dalam mengorientasi lingkungan”. Begitulah  olok-olok yang digunakan oleh acara komedi situasi di sebuah stasiun TV swasta.

 

Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS) – organisasi  yang melakukan advokasi untuk mereka yang mengalami gangguan kejiwaan, mengadukan hal tersebut ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pihak KPI memanggil stasiun TV, produser dan sutradara acara komedi situasi tersebut, untuk memberikan teguran serta pemahaman, bahwa hal tersebut tidak pantas dilakukan. TV adalah lembaga yang menggunakan ranah publik, berupa frekuensi untuk mengudara, sehingga dalam menyajikan apa pun, termasuk hiburan, tidak boleh menyinggung atau merendahkan sekelompok warga masyarakat. Karena teguran itu, pihak stasiun TV serta sutradara dan produser acara komedi  situasi tersebut  kemudian meminta maaf yang disampaikan dalam sebuah jumpa pers.

 

Menggunakan disabilitas untuk olok-olok memang sering terjadi di Indonesia. Bahkan hal tersebut dianggap wajar saja. Orang yang menggunakan disabilitas sebagai olok –olok pun mulai dari warga masyarakat biasa hingga tokoh masyarakat, termasuk pendakwah agama. Misalnya, mengibaratkan orang yang pengetahuannya  terbatas dengan orang buta yang mengorientasi dan memahami gajah. Jika orang buta hanya memegang kaki gajah, maka mereka berpendapat bahwa orang buta menganggap gajah   sebagai “bumbung yang besar”; jika orang buta hanya meraba belalainya, maka, mereka bilang, “orang buta menganggap gajah adalah seperti pipa”, dan seterusnya. Apakah benar orang buta berpikir begitu? Jika itu terjadi, bukankah kesalahan ada pada orang yang dapat melihat yang membantu orang buta mengorientasi gajah tersebut? Orang buta pun juga memiliki rasa ingin tahu. Jadi, jika orang buta meraba  sesuatu, mereka akan merabanya secara keseluruhan. Dengan demikian, sangatlah tidak benar perumpamaan orang buta meraba gajah hanya sebagian saja, dan langsung membuat kesimpulan begitu. Itu olok-olok yang sangat merendahkan.

 

 

Perubahan paradigma memaknai disabilitas.

Baca Juga:  Pendaftaran Peserta Sosialisasi dan Pelatihan Penggunaan Buku Epub untuk Tunanetra di Wilayah Malang dan Sekitarnya

 

Pada bulan Desember  2006, PBB melahirkan konvensi tentang  hak penyandang disabilitas (United Nation Convention  on the Rights of Persons with Disability – UN CRPD). Konvensi ini telah disahkan berlakunya di Indonesia oleh Pemerintah dengan Undang-Undang nomor 19 tahun 2011 – lima tahun setelah konvensi itu dilahirkan.

 

Ada perubahan mendasar yang dilakukan oleh konvensi  ini dalam memaknai  disabilitas, – termasuk tunanetra. Sebelumnya, disabilitas  hanya dianggap sebagai  kekurangan. Orang yang menyandang disabilitas diupayakan direhabilitasi  – yang dimaknai sebagai pemulihan,  agar setelah mendapatkan rehabilitasi dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat di sekitarnya.

 

Dengan lahirnya CRPD, penyandang disabilitas  dimaknai sebagai bagian dari keragaman manusia. Manusia di seluruh dunia ini dilahirkan dalam bentuk beraneka ragam. Ada yang tinggi, ada yang sedang, dan ada pula yang pendek; ada yang berkulit hitam, ada yang berkulit putih, dan ada yang berkulit berwarna – kuning langsat, sawo matang/coklat dan sebagainya; ada pula yang dapat melihat, dan ada pula yang buta; ada yang dapat mendengar, dan ada pula yang tuli. Adanya orang buta yang tidak dapat melihat, orang tuli yang tidak dapat mendengar, orang dengan tingkat kecerdasan   70 atau 80, adalah bagian dari keragaman manusia, sama seperti keragaman lain; tinggi, pendek, kulit putih, kulit berwarna, rambut kriting, rambut lurus, dan sebagainya.

 

Perbedaannya adalah, keragaman karena menyandang disabilitas berdampak pada adanya kebutuhan khusus, dan kebutuhan khusus ini harus dipenuhi oleh lingkungan, baik pemerintah maupun masyarakat.

 

UN CRPD mendefinisikan penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki gangguan pada fungsi organ tubuh, baik fisik/motorik, intelektual, sensorik dan atau mental, dalam jangka waktu lama, yang berdampak pada adanya penyesuaian dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan disabilitas  menurut  UN CRPD merupakan hasil interaksi antara orang yang mengalami gangguan pada fungsi organ tubuh, misalnya tunanetra, tunarungu, tunadaksa, atau disabilitas intelektual, dengan sikap dan lingkungan yang  tidak mendukung partisipasi mereka, atas dasar kesetaraan dengan orang yang lainnya.

Baca Juga:  Bagaimana Cara Menuntun Tunanetra agar Perjalanan Terasa Nyaman

 

Dengan  definisi disabilitas sebagaimana tersebut di atas, UN CRPD telah menggunakan pendekatan “social model”. Artinya, lingkunganlah yang harus menyesuaikan diri dengan kehadiran para penyandang disabilitas. Lingkungan yang telah menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk semua disebut lingkungan  yang “inklusif”. Misalnya, lift dilengkapi dengan tombol Braille dan audio display agar tunanetra dapat menggunakannya secara mandiri. posisi Tombol  dianjurkan tidak terlalu tinggi agar pengguna kursi roda dapat menjangkaunya. Jika ada tempat bertangga, misalnya lobi suatu gedung, harus dilengkapi dengan ram atau bidang miring, agar pengguna kursi roda dapat melaluinya. Sekolah reguler dan perguruan tinggi yang menerima siswa dan mahasiswa disabilitas, harus menyediakan fasilitas khusus yang diperlukan siswa dan mahasiswa penyandang disabilitas, Dan sebagainya.

 

Dengan adanya UN CRPD, secara perlahan tapi pasti, dunia kita harus didesain ulang, baik secara fisik maupun sosial, agar menjadi  tempat tinggal yang nyaman untuk semua, termasuk untuk warga dunia penyandang disabilitas, dan UN CRPD menjadi referensi utama dalam proses rekayasa ulang tersebut.

 

Apa dampak menjadikan disabilitas sebagai olok-olok?

 

Suatu kali, saya berdialog dengan orang tua yang memiliki anak tunanetra. Dalam dialog tersebut, salah satu yang dianjurkan adalah mendorong orang tua agar mengajak anak tunanetra mereka  jalan-jalan, sebagai salah satu cara membantu anak tunanetra bersosialisasi di masyarakat. Jalan-jalan yang dimaksud tidak harus ke  tempat  yang jauh. Di lingkungan sekitar pun tidak apa-apa, termasuk di antaranya ke tempat-tempat publik yang biasa dikunjungi keluarga, misalnya mal, atau taman publik, dan tempat hiburan rakyat lainnya.

 

Salah satu respon dari orang tua, khususnya seorang ibu, adalah: “ah, cape menjawab   pertanyaan orang-orang tentang anak saya”, “anak ibu ngga bisa lihat ya?” “Kan sudah tahu anak kita tidak bisa melihat, mengapa juga  masih ditanya-tanya.” Bukan tidak mungkin, ibu yangmemberikan respon tersebut mewakili banyak ibu-ibu lain yang memiliki anak penyandang disabilitas.

Baca Juga:  DPP Pertuni Bekali Mahasiswa Tunanetra Masuki Dunia Kerja

 

Adanya respon semacam itu dari  orang  tua yang memiliki anak tunanetra bukan tidak mungkin berarti    orang tua tersebut   menganggap pertanyaan itu sebagai “olok-olok”. Dan jika ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin, orang tua tersebut enggan, atau malu, membawa anak mereka yang menyandang disabilitas ke  luar  rumah untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan melakukan kegiatan di luar rumah bersama masyarakat.

 

Jika ini terjadi, tentu dampak tidak baiknya ada pada anak-anak disabilitas. Mereka kurang mendapatkan kesempatan melakukan kegiatan di luar rumah, yang sebenarnya sangat mereka perlukan, sebagai  proses belajar bersosialisasi di masyarakat.

 

Untuk mengatasi kondisi ini, upaya yang dilakukan harus multi dimensi. Di satu sisi, memberikan penguatan  pada orang tua yang memiliki anak-anak disabilitas, agar lebih berpikir positif, dan lebih berorientasi pada anak-anak mereka, bukan pada perasaan mereka. Di sisi lain, masyarakat juga harus didorong dan dididik, agar tidak lagi menggunakan disabilitas sebagai “olok-olok”, apa pun bentuknya, termasuk dan terutama media massa,  dan belajar membangun sikap empati pada penyandang disabilitas serta keluarga dan orang tua yang memiliki anak-anak/anggota keluarga penyandang disabilitas.

Betapa seriusnya dampak menjadikan disabilitas sebagai bahan “olok-olok”. Jadi, mari kita “stop gunakan disabilitas sebagai olok-olok”.

 

*Aria Indrawati.

Bagikan ke yang lain

About Author

Back to top